Kejang pada anak adalah kondisi yang seringkali mengejutkan dan menakutkan bagi orangtua. Kejang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penggunaan obat resep. Baru-baru ini, sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa kejang pada anak akibat obat resep meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics ini menunjukkan bahwa antara tahun 2013 hingga 2018, jumlah kejang pada anak yang disebabkan oleh obat resep meningkat dari 26,3 per 100.000 anak menjadi 54,9 per 100.000 anak. Hal ini memicu kekhawatiran bagi para ahli kesehatan dan orangtua tentang penggunaan obat resep pada anak.
Kejang pada anak akibat obat resep dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk dosis obat yang terlalu tinggi, interaksi obat yang tidak tepat, atau sensitivitas individu terhadap obat tertentu. Beberapa obat yang diketahui dapat meningkatkan risiko kejang pada anak antara lain antibiotik, antidepresan, dan obat-obat penenang.
Para ahli kesehatan menyarankan agar orangtua selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat resep kepada anak. Selain itu, penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan obat yang benar, termasuk dosis dan durasi penggunaan obat.
Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan gejala-gejala kejang pada anak, seperti kaku tubuh, gemetar, dan kehilangan kesadaran. Jika anak mengalami kejang setelah mengonsumsi obat resep, segera hubungi dokter atau layanan darurat medis.
Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama bagi orangtua. Dengan meningkatnya kasus kejang pada anak akibat obat resep, penting bagi kita semua untuk lebih waspada dan berhati-hati dalam memberikan obat kepada anak-anak. Konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan obat apa pun kepada anak, dan pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan obat dengan benar. Semoga dengan langkah-langkah ini, kita dapat mencegah kasus kejang pada anak akibat obat resep yang terus meningkat.